Tempat-tempat liburan di Semarang
Berikut ini saya akan membagi sedikit info tentang tempat-tempat liburan yang bagus di Semarang :
1) Lawang Sewu
1) Lawang Sewu
Bangunan Bersejarah yang Menyimpan Ribuan Kisah
Pertumbuhan jaringan kereta api yang cukup pesat di Jawa menjadikan jumlah pegawai yang dipekerjakan pun bertambah sehingga memerlukan kantor baru yang lebih luas. Hal inilah yang mendasari dibangunnya Het Hoofdkantoor van de Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij (NIS) atau Kantor Pusat Perusahan Kereta Api Swasta NIS di ujung Bodjongweg atau yang sekarang dikenal dengan nama Jalan Pemuda. Bangunan bergaya art deco yang memiliki 2 menara kembar didepannya ini kemudian jamak disebut dengan nama Lawang Sewu.
Penyebutan Lawang Sewu oleh penduduk lokal bukan tanpa alasan. Dalam bahasa Jawa, lawang berarti pintu dan sewu berarti seribu, jadi lawang sewu
berarti seribu pintu. Hal ini bukan berarti bahwa Lawang Sewu memiliki
seribu pintu, melainkan untuk menggambarkan jumlah pintu di Lawang Sewu
yang teramat banyak. Meski sudah berusia satu abad, gedung bergaya indis
yang dipadukan dengan ornamen lokal yang kental ini masih terlihat kuat
dan kokoh. Hiasan kaca patri di jendela semakin menambah kesan mewah
dan elegan. Waktu rupanya tak mampu memudarkan kegagahan dan keanggunan
gedung yang menjadi landmark Kota Semarang ini.
Selain arsitekturnya yang indah, Gedung Lawang Sewu juga sarat
akan nilai sejarah. Pada awal pembangunannya, gedung yang terletak tepat
di depan Jalan Raya Pos Daendels ini digunakan sebagai kantor pusat NIS
dan tempat tinggal pegawai Belanda. Kemudian pernah digunakan sebagai
penjara bawah tanah oleh serdadu Jepang, lokasi pertempuran 5 hari di
Semarang, hingga kantor pemerintahan pasca Indonesia merdeka. Saat ini
pengelolaan Gedung Lawang Sewu berada di bawah PT KAI.
Memasuki salah satu Gedung Lawang Sewu, akan disambut lorong panjang yang dipenuhi pintu kayu di kanan dan kirinya. Bangunan yang dulu juga berfungsi sebagai tempat tinggal pegawai NIS ini dilengkapi dengan ballroom, ruang makan yang luas, gedung serbaguna, hingga gedung pertunjukan berbentuk bahtera terbalik di lantai atas. Sayangnya tidak ada lagi perabotan yang tersisa di ruangan tersebut, yang ada hanyalah ruangan yang kosong dan hampa. Kunjungan ke Lawang Sewu kemudian dilanjutkan dengan menyusuri ruang bawah tanah. Menyaksikan ruangan-ruangan sempit, gelap, dan lembab yang pernah digunakan sebagai penjara berdiri dan penjara jongkok membuat bulu kuduk anda meremang. Aroma kekejaman yang terjadi di masa lalu terasa dengan jelas.
2) Sam poo kong
Semarang sebagai ibukota Jawa Tengah, memiliki sebuah cagar budaya yang cukup tua yakni klenteng Sam Poo Thay Jin atau disebut juga sebagai Klenteng Sam Poo Kong ataupun lebih dikenal dengan sebutan Gedong Batu oleh warga Semarang. Klenteng Sam Poo Kong merupakan tempat pemujaan pada seorang Laksamana Dinasti Ming (1368-1643) dalam masa pemerintahan Kaisar Yung Lo, yang diutus menjadi duta kaisar ke Nusantara tepatnya ke pulau Jawa, dan mendarat di pantai Semarang pada tahun 1401.
Bangunan inti dari klenteng ini adalah sebuah gua batu dan merupakan tempat utama dari lokasi ini. Gua batu ini dipercaya sebagai tempat awal mendarat dan markas Laksamana Cheng Hoo beserta anak buahnya saat berkunjung ke Pulau Jawa. Didalamnya, pengunjung bisa melihat patung yang dipercaya sabagai patung Sam Poo Tay Djien. Pengunjung juga sering melakukan ciamshie untuk dapat melihat suatu keberuntungan peziarah di masa depan. Untuk melakukannya peziarah membakar hio/dupa dalam gua batu dan melemparkan kepingan didepan altar sembahyang yang ditandai dengan “Im” dan “Yang”. Bila hasil lemparan tersebut salah satu keping terbuka dan satunya lagi tertutup, maka dipercaya akan memperoleh keberuntungan. Hal lain, peziarah dapat melemparkan sekumpulan batang bambu secara acak dan apabila terdapat batang bambu yang jatuh di hadapan altar sembahyang, maka batang bambu tersebut tinggal diserahkan kepada petugas. Nantinya, petugas/juru kunci akan mengambil selembar kertas yang bernomor 1 sampai dengan 28 disesuaikan dengan batang bambu yang jatuh. Kertas tersebut berisi syair-syair dengan maknanya akan diterjemahkan oleh jurukunci tersebut yang merupakan bagian dari peruntungan nasib kita di masa depan.
Dilokasi ini juga bisa dijumpai altar dan makam orang-orang kepercayaan Laksamana Cheng Hoo saat di Jawa, yang sering pula dikunjungi pengunjung untuk berziarah. Pemberian nama bangunan/gedung tersebut cukup unik mengingat pemberian nama didasarkan pada benda yang berasal dari kapal tersebut. Sebagai contoh, Mbah Kiai Cundrik Bumi merupakan tempat segala jenis persenjataan yang digunakan untuk mempersenjatai awak kapal. Kiai/Nyai Tumpeng berkaitan dengan urusan makanan di kapal dan Kiai Djangkar tempat meletakkan jangkar kapal.
Sedangkan Mbah Djurumudi diduga/dipercaya sebagai makam dari jurumudi kapal. Dalam bangunan tersebut dihiasai dengan berbagai lukisan dan patung-patung yang menggambarkan perjalanan Cheng Hoo sampai ke Jawa termasuk pula di permukaan dua pilar bangunan utama.
Klenteng Sam Poo Kong ini telah terkanl hingga ke mancanegara. Bahkan kabarnya merupakan tempat yang telah ditetapkan oleh pemerintah Cina sebagai tujuan wisata bagi pelancong asal Cina. Uniknya tujuan wisata ini kebanyakan oleh warga Cina yang beragama muslim dan/atau bernuansa budaya Islam, bukan nuansa budaya Cina yang lekat dengan dupa dan lilin. Hal ini disebabkan warga muslin Cina dari propinsi Yunan sangat akrab dan mengenal baik serta menyakini bahwa Laksamana Cheng Hoo sebagai panglima perang utusan Cina keturunan Persia yang memiliki latar belakang Islam. Dari kenyataan itulah keberadaan Gedong Batu menunjukkan hubungan erat antar bangsa Asia pada waktu lampau maupun hingga saat ini, dan ini sangat jelas tertulis dalam prasasti yang ada di kompleks klenteng.
3) Tugu Muda
Memasuki salah satu Gedung Lawang Sewu, akan disambut lorong panjang yang dipenuhi pintu kayu di kanan dan kirinya. Bangunan yang dulu juga berfungsi sebagai tempat tinggal pegawai NIS ini dilengkapi dengan ballroom, ruang makan yang luas, gedung serbaguna, hingga gedung pertunjukan berbentuk bahtera terbalik di lantai atas. Sayangnya tidak ada lagi perabotan yang tersisa di ruangan tersebut, yang ada hanyalah ruangan yang kosong dan hampa. Kunjungan ke Lawang Sewu kemudian dilanjutkan dengan menyusuri ruang bawah tanah. Menyaksikan ruangan-ruangan sempit, gelap, dan lembab yang pernah digunakan sebagai penjara berdiri dan penjara jongkok membuat bulu kuduk anda meremang. Aroma kekejaman yang terjadi di masa lalu terasa dengan jelas.
2) Sam poo kong
Semarang sebagai ibukota Jawa Tengah, memiliki sebuah cagar budaya yang cukup tua yakni klenteng Sam Poo Thay Jin atau disebut juga sebagai Klenteng Sam Poo Kong ataupun lebih dikenal dengan sebutan Gedong Batu oleh warga Semarang. Klenteng Sam Poo Kong merupakan tempat pemujaan pada seorang Laksamana Dinasti Ming (1368-1643) dalam masa pemerintahan Kaisar Yung Lo, yang diutus menjadi duta kaisar ke Nusantara tepatnya ke pulau Jawa, dan mendarat di pantai Semarang pada tahun 1401.
Bangunan inti dari klenteng ini adalah sebuah gua batu dan merupakan tempat utama dari lokasi ini. Gua batu ini dipercaya sebagai tempat awal mendarat dan markas Laksamana Cheng Hoo beserta anak buahnya saat berkunjung ke Pulau Jawa. Didalamnya, pengunjung bisa melihat patung yang dipercaya sabagai patung Sam Poo Tay Djien. Pengunjung juga sering melakukan ciamshie untuk dapat melihat suatu keberuntungan peziarah di masa depan. Untuk melakukannya peziarah membakar hio/dupa dalam gua batu dan melemparkan kepingan didepan altar sembahyang yang ditandai dengan “Im” dan “Yang”. Bila hasil lemparan tersebut salah satu keping terbuka dan satunya lagi tertutup, maka dipercaya akan memperoleh keberuntungan. Hal lain, peziarah dapat melemparkan sekumpulan batang bambu secara acak dan apabila terdapat batang bambu yang jatuh di hadapan altar sembahyang, maka batang bambu tersebut tinggal diserahkan kepada petugas. Nantinya, petugas/juru kunci akan mengambil selembar kertas yang bernomor 1 sampai dengan 28 disesuaikan dengan batang bambu yang jatuh. Kertas tersebut berisi syair-syair dengan maknanya akan diterjemahkan oleh jurukunci tersebut yang merupakan bagian dari peruntungan nasib kita di masa depan.
Dilokasi ini juga bisa dijumpai altar dan makam orang-orang kepercayaan Laksamana Cheng Hoo saat di Jawa, yang sering pula dikunjungi pengunjung untuk berziarah. Pemberian nama bangunan/gedung tersebut cukup unik mengingat pemberian nama didasarkan pada benda yang berasal dari kapal tersebut. Sebagai contoh, Mbah Kiai Cundrik Bumi merupakan tempat segala jenis persenjataan yang digunakan untuk mempersenjatai awak kapal. Kiai/Nyai Tumpeng berkaitan dengan urusan makanan di kapal dan Kiai Djangkar tempat meletakkan jangkar kapal.
Sedangkan Mbah Djurumudi diduga/dipercaya sebagai makam dari jurumudi kapal. Dalam bangunan tersebut dihiasai dengan berbagai lukisan dan patung-patung yang menggambarkan perjalanan Cheng Hoo sampai ke Jawa termasuk pula di permukaan dua pilar bangunan utama.
Klenteng Sam Poo Kong ini telah terkanl hingga ke mancanegara. Bahkan kabarnya merupakan tempat yang telah ditetapkan oleh pemerintah Cina sebagai tujuan wisata bagi pelancong asal Cina. Uniknya tujuan wisata ini kebanyakan oleh warga Cina yang beragama muslim dan/atau bernuansa budaya Islam, bukan nuansa budaya Cina yang lekat dengan dupa dan lilin. Hal ini disebabkan warga muslin Cina dari propinsi Yunan sangat akrab dan mengenal baik serta menyakini bahwa Laksamana Cheng Hoo sebagai panglima perang utusan Cina keturunan Persia yang memiliki latar belakang Islam. Dari kenyataan itulah keberadaan Gedong Batu menunjukkan hubungan erat antar bangsa Asia pada waktu lampau maupun hingga saat ini, dan ini sangat jelas tertulis dalam prasasti yang ada di kompleks klenteng.
3) Tugu Muda